Jumat, 19 Desember 2014

WORKSHOP PENGEMBANGAN KARIR PTK MGMP MATEMATIKA SMP KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014



 WORKSHOP PENGEMBANGAN KARIR PTK MGMP MATEMATIKA SMP KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014

Guru  sebagai  tenaga professional mempunyai tugas,  fungsi,dan kedudukan yang sangat sentral dan strategis  dalam penciptaan insan Indonesia cerdas, kompetitif, dan komprehensif. Oleh karena itu,   profesi  guru  harus  dikembangkan sebagai  profesi  yang  bermartabat.  Di  satu sisi, pengembangan guru sebagai profesi memerlukan suatu sistem pembinaan dan pengembangan  profesi guru secara terprogram  dan berkelanjutan.  Pada  sisi yang  lain,  pembinaan  guru  sebagai  profesi memerlukan  pengembangan karir  yang  sesuai dengan  kebutuhan.  Artinya, pengembangan profesi  dan karir  guru  khususnya, dan pengembangan karir  guru  pada umumnya  sangat  penting  dan  diperlukan  untuk  mendukung  terwujudnya  guru  yang profesional.
Berdasarkan  Peraturan Menteri   Negara  Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permeneg PAN dan  RB)  Nomor  16 Tahun  2009  tentang  Jabatan Fungsional Guru  dan Angka Kreditnya, Pasal 1  butir  5, telah dirumuskan bahwa yang dimaksud   dengan pengembanganm keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi  guru   yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan  profesionalitasnya.  Pengembangan keprofesionalan dimaksud merupakan   salah  satu  komponen   pada   unsur   utama  yang   kegiatannya diberikan angka kredit dan merupakan salah satu persyaratan yang  wajib dipenuhi oleh guru  untuk  kenaikan pangkat/golongan dan jabatan setingkat lebih tinggi yang  dalam konteks ini sangat erat kaitannya dengan pengembangan karir guru.
Untuk memenuhi kebutuhan guru seperti tersebut diatas maka MGMP Matematika SMP Kabupaten Bantul melalui dana Block Grant ini melaksanakan kegiatan workshop pengembangan karir PTK. Tujuan diselenggarakan workshop ini adalah mengembangan  karir  PTK bagi guru SMP mata pelajaran matematika di lingkungan dikdas Kabupaten Bantul khususnya di bidang penulisan karya ilmiah dan  peningkatan  kemampuan guru Matematika SMP di Kabupaten Bantul dalam rangka penguatan implementasi kurikulum 2013 serta pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. 
Untuk mendukung ketercapaian dari tujuan workshop ini panitia juga mengundang Nara Sumber yang berkompeten pada materi yang disajikan yaitu Nara Sumber dari unsur Dosen dari Universitas PGRI Yogyakarta, Widya Iswara dari LPMP, Widya Iswara dari PPPPTK Matematika Yogyakarta, Kepala Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, Pengawas dari Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, Instruktur Nasional Kurikulum 2013 dan Assesor PKG. 
Kegiatan tersebut diikuti oleh 30 orang peserta dari sekolah Negeri maupun Swasta yang ada di kabupaten Bantul, dilaksanakan mulai tanggal 11 November sampai dengan 6 Desember 2014 dengan pola 82 jam @45 menit bertempat di SMP Negeri 1 Bantul.
Semoga apa yang telah diperoleh oleh para peserta dapat dilaksanakan dalam tugasnya sehari - hari sehingga kompetensi para guru dapat meningkat. Amin



Kamis, 29 Januari 2009

WORO – WORO
MAHASISWA PESERTA SERTIFIKASI PENDIDIKAN MATEMATIKA ANGKATAN 2008 DI UNY
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh ketua suku (Bp. Supriyadi )Kepada seluruh peserta pendidikan sertifikasi guru Matematika di UNY, diharapkan masuk besuk pada :Hari, Tanggal : Selasa, 10 Pebruari 2009Waktu : Pukul 08.00 WIBKeperluan : Mengisi KRS dan Pengarahan PPL atau PPM
Demikian pengumuman ini disampaikan, kepada teman-teman yang telah membaca Blog ini mohon informasi ini disebar luaskan ke teman yang lain dan untuk informasi lebih jelas bisa langsung menghubungi Bapak Ketua suku (Bp. Supriyadi)

Selasa, 13 Januari 2009

SOSOK GURU YANG IDEAL

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat berperan penting dalam pola pembinaan, pengajaran, pembimbingan dan pengembangan. Semua pola tersebut merupakan tanggung jawab penuh seorang guru, sehingga benar-benar mampu mencetak siswa yang tangguh dan terampil di segala bidang. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, , tidak menutup kemungkinan akan banyak mendapat hambatan yang cukup kompleks dan temporal.

Kita ketahui bersama, pendidikan dipandang kurang relevan dengan pembangunan. Hal ini menyebabkan mutu pendidikan kian merosot, yang pada akhirnya menimbulkan kritik dari berbagai pihak. Namun, kita terutama sebagai guru jangan langsung pantang menyerah dan jangan cepat putus asa. Sekalipun tantangan guru di masa depan lebar membentang, namun semangat dan cita-cita guru to teach how to learn kepada peserta didik (siswa) harus tetap tertanam dalam sanubari.

Apa sih sebenarnya guru itu ? Guru itu kata orang jawa berasal dari kata digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Anak-anak lebih percaya penjelasan gurunya dari pada orang tuanya, karena dimata anak-anak guru adalah orang yang paling tahu dan yang benar. Guru mejadi teladan bagi mereka. Berat sekali memang beban seorang guru itu, apalagi untuk menjadi guru yang ideal dan selalu menjadi uswah bagi santrinya. Seorang guru adalah pendidik bukan hanya pengajar.

Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.

Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami. Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi di hati para anak didiknya.

Sosok guru ideal yang diperlukan saat ini adalah :

1. Guru yang memahami benar akan profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho dari Tuhan pemilik bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Hanya memberi tak harap kembali. Dia mendidik dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Salam, Sapa, Senyum, Syukur, dan Sabar).

2. Guru yang memiliki sifat nabi Muhammad SAW yaitu, Sidiq, Tabliq, Amanah, dan Fathonah (STAF). Guru yang memiliki sikap staf adalah guru yang mampu memberikan keteladanan dalam hidupnya karena memiliki akhlak yang mulia. Selalu berkata benar, mengajarkan kebaikan, dapat dipercaya, dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sifat STAF harus dimiliki oleh guru dalam mengajar anak didiknya karena memiliki motto iman, ilmu, dan amal. Memiliki iman yang kuat, menguasai ilmunya, dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain.

3. Guru yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki terpancar jelas dari karakter dan prilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup ditengah-tengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu adalah: kecerdasan intelektual, moral, sosial, emosional, dan motorik. Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan moral, Mengapa? Bila kecerdasan intelektual tidak diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan ketimbang proses, segala cara dianggap halal, yang penting target tercapai semaksimal mungkin. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita sehingga kasus korupsi merajalela di kalangan orang terdidik. Karena itu kecerdasan moral akan mengawal kecerdasan intelektual sehingga akan mampu berlaku jujur dalam situasi apapun. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan. Selain kecerdasan intelektual dan moral, kecerdasan sosial juga harus dimiliki oleh guru ideal agar tidak egois, dan selalu memperdulikan orang lain yang membutuhkan pertolongannya. Dia pun harus mampu bekerjasama dengan karakter orang lain yang berbeda. Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak mudah marah, tersinggung, dan melecehkan orang lain. Sedangkan kecerdasan motorik diperlukan agar guru mampu melakukan mobilitas tinggi sehingga mampu bersaing dalam memperoleh hasil yang maksimal. Kecerdasan motorik harus senantiasa dilatih agar guru dapat menjadi kreatif dan berprestasi.

4. Berupaya keras dan pantang menyerah untuk maju dari ketertinggalan pendidikan (pengetahuan) diri pribadi, sekolah, kota, bahkan maju dari ketertinggalan pendidikan bangsa kita, agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya.

5. Berusaha menghormati pribadi siswa dan menjauhkan mereka dari berbagai keluhan, frustasi dan konflik. Bersikap ramah dan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah mereka, sehingga tidak mengganggu pikiran siswa ketika menerima pelajaran di kelas.

6. Saat mengajar kepada siswa di kelas, ciptakanlah suasana kondusif yang menjadikan siswa itu tertantang dan menyadari pentingnya ilmu-ilmu pelajaran yang guru ajarkan. Sesuaikan kondisi, kapan saat guru harus bercanda (melucu dan mengajak tertawa siswa), dan kapan saat guru harus mengajak siswanya untuk serius di kelas. Jadi, guru tahu benar, cara mengefesiensikan waktu yang ada, dan tidak mengajak hal-hal yang merugikan kepada siswanya.

7. Seorang guru harus mampu rela berkorban, memiliki kedisiplinan diri (self dicipline) agar tepat waktu memasuki kelas untuk mengajar siswanya dan dapat saling mengingatkan, menasehati dan share (berbagi) kepada siswanya menuju paradigma pendidikan yang lebih baik dan maju.

8. Segala isi petuah dan nasehat guru kepada siswa-siwanya, harus diaktualisasikan terlebih dahulu oleh guru itu sendiri dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Dengan kata lain, tingkah laku guru yang baik, pasti akan menjadi keteladanan atau contoh yang baik bagi para siswanya.

9. Tidak hanya menguasai ilmu yang diajarkannya, tetapi juga menguasai ilmu-ilmu penting yang menjadi nilai plus bagi guru, misalnya mempelajari bahasa asing, menguasai IpTek/TI (dunia komputer dan internet), dan kreativitas lainnya sesuai kemampuan yang ada pada guru tersebut. Dua kegiatan yang tak boleh terlupakan untuk dikembangkan oleh guru, yaitu menulis dan meneliti, sehingga memacu guru akan terus membaca dan melakukan refleksi pada setiap kegiatan pembelajaran

Namun, alangkah indah dan sinergisnya sasaran kita untuk memajukan pendidikan di Indonesia, bila poin-poin di atas didukung dengan reaktualisasi (pembaharuan) peran siswa yang sesungguhnya, yaitu siswa yang penuh kesadaran, inisiatif dan tanggung jawab tinggi yang tentunya telah dibekali oleh keikhlasan, budi pekerti dan moral yang baik. Mengapa saya katakana seperti ini? Jawabannya karena, sesungguhnya suatu sekolah hanya bertindak sebagai sarana pusat pengembangan dan pembinaan, sedangkan guru sebagai tutor (orang yang memfasilitasi) peserta didiknya. Jadi, siswalah yang sebenarnya harus tanggap, taat dan patuh. Dan dapat saya simpulkan bahwa maju mundurnya suatu sekolah bergantung pada kedua unsur di atas, yaitu adanya pembinaan guru professional (pihak sekolah) dan kesadaran siswa itu sendiri.

Jika hal ini benar-benar sudah terwujud dan sudah menjadi suatu kebiasaan, Insya Allah di masa sekarang dan yang akan datang dapat mencetak bibit-bibit siswa unggul yang dapat tampil di masyarakat sebagai insan yang beriman dan bertakwa, terampil dan tentunya berakhlak mulia, berkat guru professional dan beranggung jawab.

Karena itu sudah sewajarnya bila kita sebagai guru berlomba-lomba untuk menjadi sosok guru yang ideal. Ideal di mata peserta didik, ideal di mata masyarakat, dan ideal di mata Tuhan yang Maha Pemberi. Bila semakin banyak guru ideal yang tersebar di sekolah-sekolah kita, maka sudah dapat dipastikan akan banyak pula sekolah-sekolah berkualitas yang mampu membentuk karakter siswa memiliki akhlak mulia.

Kamis, 27 November 2008

USAHA – USAHA (SAYA) UNTUK MENINGKATKAN PBM MATEMATIKA MENUJU KUALITAS KEDUA (ANTARA TEORI DAN PENGALAMAN)

Oleh : RINAWATI

Definisi guru yang kita kenal sehari – hari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D.Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is theaching ( hal. 10 ) : “Teacher is professional person who conducts classes.” ( Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas ). Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam Foundation of Teaching, An Introduction to Modern Education, (hal. 141) : “Teacher are those person who consciously direct the experiences and behavior of an individual so that education takes place.” ( Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan )

Jadi, guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. (Prof.Dr.H.Hamzah B. Uno, M.Pd, 2007 : 15 )

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal – hal tersebut diluar bidang kependidikan.

Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara professional, yaitu sebagai berikut :

  1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.
  2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berfikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
  3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
  4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.
  5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang – ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.
  6. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara pelajaran dan atau praktik nyata dalam kehidupan sehari – hari.
  7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati / meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
  8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
  9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.

(Prof.Dr.H.Hamzah B. Uno, M.Pd, 2007 : 16 )

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat maka guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi harus juga mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing yang lebih banyak memberika kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan.

Adapun Usaha – usaha yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan Proses Belajar Mengajar matematika adalah :

  1. Membuat persiapan PBM, antara lain :
    1. mempersiapkan bahan ajar / sumber belajar
    2. mempersiapkan alat peraga / alat bantu / media pembelajaran
    3. mempersiapkan pertanyaan atau arahan yang merangsang siswa untuk aktif belajar ( LKS )
    4. mempelajari keadaan / kondisi siswa mengenai kelebihan dan kelemahannya
    5. mempelajari kemampuan awal siswa
    6. mempersiapkan skema pembelajaran
  2. Selama proses pembelajaran, antara lain :
    1. mengkondisikan siswa aktif belajar
    2. meberikan kesempatan siswa untuk bertanya
    3. menggunakan variasi metode pembelajaran kooperatif yang merangsang / membimbing siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan
    4. mengikuti jalan pikiran dan gagasan siswa
    5. tidak mencemooh atau mengejek siswa yang menjawab salah atau berpendapat lain
    6. memahami jawaban alternatuf dari siswa
    7. memberi kesempatan dan kebebasan siswa untuk berfikir, merumuskan gagasan dan mengemukakan pendapat
    8. kesalahan konsep atau pendapat siswa ditunjukkan secara arif agar tidak menyinggung perasaan dan mematahkan semangat siswa
    9. melakukan evaluasi secara kontinyu dalam proses belajar
  3. Sesudah proses pembelajaran
    1. membimbing siswa untuk membuat rangkuman tentang apa yang baru saja dipelajari
    2. membantu siswa dalam memberikan penguatan tentang konsep yang baru saja dipelajari
    3. membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang telah diperolehnya dengan menggunakan soal tes yang merangsang siswa untuk berfikir dan bukan sekedar hafalan.